Selasa, 18 Desember 2012

Hercule Poirot

Kadang gue pengen menjadi seorang detektif sekelas Hercule Poirot. Bukan pribadinya yang sombong yang gue tiru. Tapi kejeliannya pada posisi dan kondisi suatu barang, pada mimik wajah seseorang, pada masa lalu seseorang, yang lalu diracik sedemikian rupa untuk menemukan mata rantai yang hilang dari kronologi kasus. Meskipun cuma tokoh imajinasi, 'kharisma'nya sebagai seorang detektif ulung masih belum tertandingi sampai sekarang. Film-film tentang dia pun tidak mampu mengejawantahkan karakter pria dengan deskripsi tubuh kecil dan pendek itu. Memang sih, film sehebat apapun rasanya tidak ada yang bisa menerjemahkan imajinasi pembaca secara persis. Apa karena film tidak bisa sehebat buku? Gue rasa tidak. Karena buku yang rilis duluan, sehingga pembaca kadung punya imajinasi masing-masing? Mungkin iya. Bagaimana tidak, film yang disebut "based on novel..." pasti ada karena si novel berhasil booming. Kalau dikatakan booming itu terjual 50 ribu eksemplar, misalnya, bukankah ada 50 ribu imajinasi? Karena konon katanya satu pembaca satu imajinasi. Itu kalau pembacanya beli sendiri novelnya. Lha kalau pinjem. Pinjem teman sih paling 3-5orang per novel. Lha kalau pinjem di perpustakaan. Belum lagi pembaca yang membacanya lewat ebook yang link downloadnya ada ratusan di internet. Bayangin, berapa banyak imajinasi yang tercipta dari sebuah buku. Makanya, satu film tidak akan bisa menerjemahkan ribuan imajinasi itu. Siapapun sutradaranya. Siapapun pemainnya. Tapi, kalau kondisi ini dibalik, yang terjadi justru si buku yang kalah. Lagi-lagi karena si film nongol lebih dulu. Dan penonton sudah kadung punya imajinasi sendiri (dan untuk kasus ini, imajinasinya pasti sama di antara jutaan penonton, ya iyalaaah...). Imajinasi yang satu ini kalau ditranslate penulis manapun, tidak akan bisa menerjemahkan apa yang ada di film. Karena, meskipun imajinasinya sama, cara setiap penonton dalam menuangkannya ke kalimat, tidak akan bisa menghasilkan rangkaian kata yang sama. Eh, gue kok jadi ngelantur terlalu jauh gini ya? Balik lagi deh ke Hercule Poirot. Gue udah jatuh cinta sama karakter ini sejak pertama kali gue baca bukunya Agatha Christie. Btw, bukunya yang pertama gue baca kalau gak salah berjudul misteri di d'lloyd atau apa gtu. Lupa gue, hehe. Gak penting ya? Sori, untuk post yang ini let it flow-nya kebangetan. Makasih udah mampir :)